Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
tahun 2014-2018
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
baik selama periode tertentu. Suatu perekonomian dikatakan mengalami suatu
perubahan akan perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi
daripada yang dicapai pada masa sebelumnya.
Menurut Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses
kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.
Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu
distribusi pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi
dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode
ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa
akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor
produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.
Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan menjadi
berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan
penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan
mereka.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi
makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah.
Kedua, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus
selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan
dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability)
melalui retribusi pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah dicapai
dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
1. Tahun 2014
Kuartal I : 5,21 persen
Kuartal II : 5,12 persen
Kuartal III : 5,01 persen
Kuartal IV : 5,01 persen
2. Tahun 2015
Kuartal I : 4,71 persen
Kuartal II : 4,67 persen
Kuartal III : 4,73 persen
Kuartal IV : 5,04 persen
3. Tahun 2016
Kuartal I : 4,92 persen
Kuartal II : 5,18 persen
Kuartal III : 5,02 persen
Kuartal IV : 4,94 persen
Kuartal I : 4,92 persen
Kuartal II : 5,18 persen
Kuartal III : 5,02 persen
Kuartal IV : 4,94 persen
4. Tahun 2017
Kuartal I : 5,01 persen
Kuartal II : 5,01 persen
Kuartal III : 5,06 persen
Kuartal IV : 5,19 persen
5. Tahun 2018
Kuartal I : 5,06 persen
Kuartal II : 5,27 persen
5. Tahun 2018
Kuartal I : 5,06 persen
Kuartal II : 5,27 persen
Ø
Tahun 2014
Badan Pusat Statistik mengumumkan perlambatan ekonomi
Indonesia dengan hanya mencatatkan pertumbuhan 5,02%. Angka tersebut jauh di
bawah target APBNP 2014 yang dipatok 5,5% dan merupakan pertumbuhan ekonomi
terendah sejak 2009 yang saat itu tumbuh 4,63%.
Secara kuartalan, ekonomi Indonesia pada triwulan
terakhir 2014 hannya tumbuh 5,01% sehingga menarik turun pertumbuhan ekonomi
nasional. Dari sisi produksi industri, Ketua BPS menjelaskan bahwa pengolahan
menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014. Sektor
manufaktur ini tumbuh 4,63% pada 2014. Meningkat dibandinglan pencapaian tahun
sebelumnya 4,49%.
Ø
Tahun 2015
Perekonomian Indonesia tahun 2015 yang diukur
berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
11.540,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp 45,2 juta. Ekonomi Indonesia
tahun 2015 tumbuh 4,79% melambat
dibandingkan tahun 2014 sebesar 5,02%. Dari sisi produksi, pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,06%.
Ekonomi Indonesia triwulan IV di tahun 2015 bila
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 meningkat sebesar 5,04% tertinggi
dibanding triwulan-triwulan sebelumnya di tahun 2015, yaitu masing-masing
sebesar 4,73%(triwulan I); 4,66% (triwulan II); 4,74% (triwulan III). Dari sisi
produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan
Asuransi sebesar 12,52%. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 8,32%.
Triwulan IV tahun 2015, jika dibandingkan triwulan
sebelumnya mengalami kontraksi 1,83%. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan
oleh efek musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
mengalami kontraksi 23,34%. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan ekspor
neto.
Ø
Tahun 2016
Perekonomian Indonesia tahun 2016 yang diukur
berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
12.406,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp 47,96 juta.
Ekonomi Indonesia tahun 2016 meningkat 5,02%, lebih tinggi
disbanding tahun 2015. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebsar 8,09%. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga
Non-Profit yang melayani Rumah tangga sebesar 6,62%.
Ekonomi Indonesia triwulan IV di tahun 2016 bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,77%. Dari
sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami kontraksu sebesar 21,24%.
Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan ekspor neto.
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial Tahun 2016
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Sumatra. Kelompok provinsi
di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB, yaitu sebesar
58,49%, diikuti oleh Pulau Sumatra sebesar 22,03%, dan Pulau Kalimantan 7,85%.
Ø
Tahun 2017
Badan Pusat
Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017
mencapai 5,07% atau lebih tinggi dibanding capaian 2016 sebesar 5,03%. Angka
pertumbuhan ekonomi 2017 itu bahkan merupakan yang tertinggi sejak 2014 lalu.
Data BPS menunjukkan, pertumbuhan ekonomi pada masa awal pemerintahan Presiden
Joko Widodo – Wakil Presiden Jusuf Kalla tahun 2014 mencapai 5,02%, lalu turun
di tahun 2015 menjadi 4,79%, naik di tahun 2016 menjadi 5,03% dan tahun 2017
ini menjadi 5,07%.
Di tahun 2017, perekonomian Indonesia yang dikur
berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 13.5888,8 triliun dan PDB
perkapita mencapai Rp 51,89 juta. Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,07% lebih
tinggi dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,03%.
Pada triwulan IV bila dibandingkan dengan triwulan IV
di tahun 2016 tumbuh 5,19%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Lapangan Usaha Jasa Perusahaan sebesar 9,25%. Dari sisi pengeluaran,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar
8,50%.
Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 adalah Industri
Pengolahan yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 0,91%, diikuti
Konstruksi sebesar 0,67%, dan Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi
Mobil-SepedaMotor sebesar 0,59%.
struktur perekonomian Indonesia menurut lapangan usaha tahun 2017
didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu, Industri Pengolahan (20,16%);
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (13,14%); dan Perdagangan Besar-Eceran,
serta Reparasi Mobil-Sepeda Motor (13,01%).
Ø
Tahun 2018
Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran PDB atas
dasar harga berlaku triwulan III 2018 mencapai Rp 3853,6 triliun dan atas dasar
harga konstan 2010 mencapai Rp 2.684,2 triliun.
Ekonomi Indonesia triwulan III tahun 2018 terhadap
triwulan III tahun 2017 tumbuh 5,17%. Dari sisi produksi pertumbuhan didorong
oleh semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha
Jasa Lainnya sebesar 9,19%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh
semua komponen, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi Lembaga Non-Profit (PK-LNPRT) sebesar 8,54%.
Ekonomi Indonesia triwulan III jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya meningkat sebsar 3,09%. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi pada Lapangan Usaha Kontruksi sebesar 4,81% sedangkan
dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi
pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 8,68%.
Dalam lima tahun terakhir, sejak kuartal I 2014,
pertumbuhan ekonomi berada di kisaran rata-rata 4,7 hingga tertinggi 5,21%. Pertumbuhan ekonomi periode ini
menjadi yang tertinggi sejak 2014. pertumbuhan ekonomi kali ini lumayan baik
meski belum mencapai target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), yakni 5,4%.
Diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai turun
setelah kuartal IV 2013 mencapai 5,72%.
Perumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III tahun 2018 tumbuh 5,17%
dan meningkat 3,09% terhadap triwulan sebelumnya.
1.
Konsumsi rumah tangga jadi penyumbang terbesar
pertumbuhan ekonomi
Konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan
ekonomi tertinggi, yakni sebesar 2,69% yang disebabkan oleh penjualan eceran
tumbuh 4,21% menguat dari triwulan III tahun 2017 yang tumbuh 0,13%. Penjualan
wholesale mobil penumpang tumbuh 8,40% menguat dari triwulan III tahun 2017
sebesar 1,17%. Sementara total nilai transaksi kartu debit, kredit, dan uang
elektronik tumbuh 11,94 persen, menguat dibanding triwulan III/2017 yang tumbuh
11,05 persen.
2.
Kondisi bisnis triwulan III-2018
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) menunjukan kondisi
bisnis triwulan III - 2018 terus tumbuh, namun optimisme pelaku bisnis lebih
rendah dari triwulan sebelumnya. Kondisi bisnis yang membaik dan optimisme
pelaku bisnis tertinggi terjadi pada kategori lapangan usaha pengadaan listrik
dan gas. sementara itu, optimisme pelaku bisnis terendah terjadi pada lapangan
usaha jasa perusahaan.
Ini juga terjadi dengan Indeks Tendensi Konsumen
(ITK), di mana kondisi ekonomi konsumen triwulan III -2018 membaik, namun
optimisme konsumen lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kondisi rupiah yang sempat melemah.
3.
Keadaan Ketenagakerjaan pada Agustus 2018
Keadaan Ketenagakerjaan pada Agustus 2018
Tercatat masih ada 7 ribu pengangguran di Indonesia,
tetapi dalam satu tahun terakhir angka pengangguran justru berkurang. Pada
Agustus 2017, ada 128,06 juta orang yang termasuk dalam angkatan kerja.
Sedangkan pada Agustus 2018, jumlahnya meningkat 2,95 juta orang sehingga
131,01 juta orang sudah masuk dalam angkatan kerja.
Sedangkan kalau dilihat dari Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) berdasarkan daerah, pengangguran di tingkat kota lebih tinggi
dibandingakan pengangguran di desa. Dari segi pendidikan, TPT masih didominasi
oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yaitu sebesar 11,24 persen.
Comments
Post a Comment